“karena sejak adanya gerobak literasi Sebyar, sangat membantu adik-adik pelajar di daerah untuk membaca dan belajar secara gratis”
Indikatorpapua.com | Bintuni – Berangkat dari ide kreatif mencerdaskan anak bangsa di wilayah pesisir pedalaman Papua Barat tepatnya di Distrik Kamundan Kabupaten Teluk Bintuni. Ansyar Mambooe, S.Pd.I Kepala Sekolah Dasar besama sejumlah rekan lainnya sejak tahun 2000 silam telah menyulap kayu dan papan menjadi gerobak literasi memuat 300an judul buku dan alat peraga belajar lainnya, berjalan dari kampung ke kampung di daerah distrik Kamundan.
Selain proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan, kehadiran gerobak literasi Sebyar sangat dirasakan oleh warga setempat khususnya adik-adik pelajar guna memberantas buta huruf, kebodohan dan ketertinggalan. Tak hanya sekolah dasar (SD), anak – anak yang belajar di gerobak literasi juga berasal dari kelompok pendidikan anak usia dini (PAUD), hingga sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Koleksi buku di gerobak literasi pun sudah cukup lengkap, mulai dari buku bacaan sejarah, cerita daerah, buku pelajaran hingga komik anak-anak, yang diperolehnya dari para penyumbang lintas provinsi, seperti buku yang pernah dikirim oleh Maman Suherman (Sahabat Literasi) dan lainnya.
Namun sangat disayangkan gerobak segudang ilmu tersebut keberadaannya kini tidak lagi beroperasi seperti sebelumnya, bukan dikarenakan tidak adanya relawan yang meluangkan waktu untuk mengoperasikannya, melainkan usia kayu gerobak literasi mulai lapuk dimakan oleh sang waktu sehingga tidak lagi mampu membawa beban ratusan buku bacaan dari kampung ke kampung.
Ansyar Mambooe, S.Pd.I pada media ini Sabtu (12/11/2022) menjelaskan, mengapa sudah sepekan terakhir ayunan dari roda gerobak literasi Sebyar tidak lagi melayani dari kampung ke kampung. Hal itu dikarenakan kondisi fisik gerobak literasi dalam keadaan lapuk, apabila dipaksakan selain ditakutkan kayu dan papanya patah, kondisi buku bacaan akan rusak diterpa air mata dewa (hujan) datang.
“saya bersama rekan lainnya, selama ini setelah mengoperasikan gerobak literasi biasanya gerobak diparkir di lokasi yang tidak ada untuk tempat berteduh dari matahari dan hujan, kami sangat kesulitan di situ, itu yang membuat kayu dan papan gerobak segudang ilmu tidak tahan lama dan lapuk” tutur Ansyar.
Melihat hal tersebut tidak pernah tersirat sedikitpun di dalam benak pria yang sementara sedang melakukan Penelitian Tesis di jenjang pendidikan Strata Dua (S2) nya di Universitas Terbuka (Administrasi Publik), untuk patah arang, ia berusaha mengumpulkan seribu dua ribu kocek miliknya, sambil berharap adanya uluran tangan dari para donatur atau dermawan yang diutus oleh Tuhan guna membantu, sehingga gerobak segudang ilmu tersebut dapat beroperasi seperti sediakala melayani para peminatnya.
“karena sejak adanya gerobak literasi Sebyar, sangat membantu adik-adik pelajar di daerah untuk membaca dan belajar secara gratis”pungkasnya.
Salah satu tujuan Negara menurut Alenia IV Pembukaan UUD 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Sejak tidak beroperasinya gerobak literasi Sebyar, terlintas sejuta asa dan harapan dari sejumlah warga yang memiliki putra-putri masih berstatus pelajar. Bagi mereka gerobak segudang ilmu tersebut merupakan salah satu media melawan buta huruf dan kebodohan.
Seperti halnya dikatakan Dahlan Iribaram salah satu Tokoh Pemuda dari Kampung kalitami 2 Distrik Kamundan yang ikut merasa prihatin dan menyayangkan.
“Gerobak literasi Sebyar tak beroperasi, maka otomatis anak-anak kami di Kalitami 2 tidak mendapat giliran untuk kegiatan literasi ini, di tempat kami dan hal ini menjadi tanggung jawab kita semua dalam mencerdaskan anak anak bangsa khusus kami yang jauh dari kota” ucapnya sambil menaruh harapan besar gerobak literasi dapat beroperasi kembali.
Pewarta : Wawan