8.5 C
New York
Kamis, November 21, 2024

Buy now

Makna Mendalam Tradisi Kupatan: Warga Nahdliyyin Bintuni Sampaikan Pesan Pendidikan Ukhuwah Islamiah

Teluk Bintuni, Indikatorpapua.com – Budaya lokal yang ditinggalkan oleh para leluhur bangsa di Nusantara ini, khususnya di Jawa, sangat banyak dan bervariasi. Mulai dari yang berbentuk bangunan, kesenian, hingga seni tradisi. Seperti salah satunya di Yayasan Salafiyah As-Syafi’iyah An-Nahdhoh di Kampung Waraitama, SP. 1 Distrik Manimeri, selain di meriahkan dengan bacaan sholawat nabi kegiatan juga dirangkaikan gelaran acara Halal Bi Halal dan Kupatan yang penuh berkah di Masjid An-Nahdhoh. Pada Rabu (17/4/2024) pagi.

Kupat sebagai kuliner sendiri, memiliki banyak mengandung nilai-nilai pendidikan. Ditilik dari bahannya, janur, yaitu daun kelapa muda, sebagai penanda bahwa manusia yang baik adalah mereka yang siap memberi manfaat kepada yang lain. Dan untuk memberi manfaat kepada orang lain, harus dimulai sejak usia muda. Tak perlu ditunda-tunda.

” Kegiatan ini setiap tahun dilaksanakan, sejak transmigrasi di buka , dan kegiatan ini dilakukan untuk mempererat Ukhuwah Islamiah, ” kata Ketua Yayasan Salafiyah As-Syafi’iyah An-Nahdhoh, Ahmad Zakka Musafa.

(foto) : Momentum jamaah saling maaf memaafkan.

Dilihat dari segi proses pembuatannya, Kupat membutuhkan keterampilan khusus dan ketelitian, kendati produk ini sangat sederhana. Maknanya adalah, bahwa untuk memperoleh hasil (prestasi), dibutuhkan keterampilan (soft skills) dan mengerjakannya secara serius dan teliti, sesuai tahapan dan prosedur yang berlaku.

Sebab, jika dalam proses pembuatannya terjadi kesalahan atau tidak dikerjakan secara teliti, maka hasilnya tidak akan sesuai seperti yang diharapkan, dan tentunya akan berbuntut pada kegagalan.

Dilihat dari segi isi, hampir dapat dipastikan bahwa isi atau bahan utama kupat adalah beras. Hal ini secara tidak langsung mendidik bangsa agar terbiasa mencintai produksi lokal sebagaimana yang diajarkan dalam fiqh mengenai zakat fitrah.

(foto): Rasa Ukhuwah Islamiah antar sesama warga Nahdliyyin Kampung Waraitama Bintuni acara Kupatan.

Sedang dilihat dari segi penyajian, Kupat dimakan dengan cara mengiris (menyobek) janur pembungkusnya dengan alat yang tajam seperti pisau dan sebagainya, bukan dikelupas atau dilepas janurnya.

Ini terkandung makna, bahwa dalam suasana Lebaran, setiap orang harus siap mengakui kesalahan dan memohon maaf kepada orang lain. Meskipun demikian, diperlukan kehati-hatian serta kebijaksanaan menghadapi pengakuan saudara atu temannya, tidak diperkenankan membongkar kesalahan (aib) orang lain secara gegabah.

(foto) : Momentum menikmati hidangan Ketupat bersama Jamaah.

Dengan bahasa sederhana, bisa dikatakan bahwa tradisi Kupatan merupakan momentum yang sangat efektif sebagai media pendidikan. Melalui tradisi ini, masyarakat berkumpul di masjid atau musala.

Momentum yang mempertemukan masyarakat itu, menjadi menarik karena diwarnai dengan makan bersama kenduren yang dibawa. Tak hanya semarak, nuansa yang nampak pun, kian terasa harmonis. Kebersamaan dan kerukunan begitu terasa dalam tradisi Kupatan itu.

Pewarta : Wawan.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,913PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles

Bintuni. Pada momentum kelahiran Nabi besar Muhammad SAW 12 Robbiul awal 1443 H / 2021 M Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Teluk Bintuni Ahmad Subuh Refideso, S.HI mengajak seluruh lapisan warga masyarakat khususnya umat muslim yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni agar dapat mengambil Hikmah dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya."Peringatan Maulid Nabi ini tentunya merupakan refleksi umat Islam terhadap Baginda tercinta Rosulullah SAW, atas kelahirannya, maupun perjuangannya dalam syiar Islam" kata Subuh. Senin (25/10/2021).Diungkapkan Subuh Refideso, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW juga memiliki makna dan tujuan yang positif, baik yang dilaksanakan oleh tiap-tiap Pengurus Takmir Masjid, lembaga-lembaga kerukunan kemasyarakatan lainnya, ini semua patut diteladani oleh setiap umat muslim."Saya mewakili seluruh pengurus MUI memberikan Apresiasi dan mensupport kepada lapisan masyarakat yang telah berjibaku untuk meneladani kelahiran dan perjuangan Baginda Rasulullah SAW" ungkapnya.Ahmad Subuh Refideso juga menjelaskan, giat Maulidur Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita hubungan sesama mahluk ciptaanNYA maupun hubungan kepada sang Pencipta, yang tentunya demi terwujudnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara."Hablum Minallah, Hablum Minannas" jelas SubuhSubuh juga berharap kepada Pemerintah Daerah seyogyanya dapat memberikan support dan dukungannya atas semua kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan, karena ini merupakan bagian dari visi misi Kepala Daerah khusus Pembangunan dibidang Keagamaan.
Total
0
Share