“Jadi bagi mereka yang tidak pernah berolahraga, anggaplah ini adalah olah raga bagi kita”
Indikatorpapua.com | Bintuni – Derap langkah dari kaki para Kafilah di Kampung Sarah Distrik Kaitaro Kabupaten Teluk Bintuni terdengar jelas menambah maraknya suasana arena Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) ke-IX.
Begitu pula dengan bunyi suara yang berasal dari alat musik tradisional jenis tifa bersahutan menggaung sebanyak 7 kali sebagai tanda dimulainya kompetisi yang dibuka secara resmi oleh Bupati Petrus Kasihiw pada malam pembukaan tanggal Maret 26 lalu.
Selain gemerlap sinar lampu dan bintang dilangit kala malam itu, nampak panggung utama yang terhias indah dengan lukisan kaligrafi terlihat pula bingkai podium terbuat dari kaca ikut memberikan kesan tersendiri bagi para kafilah dan tamu undangan yang memandangnya.
Piala bergilir MTQ ke-VIII tingkat Kabupaten Teluk Bintuni dibopong ketengah arena utama seperti mahkota raja dengan iringan suara alat musik rebana yang dimainkan oleh para penggembira dan Kafilah dari Distrik Tomu sebagai pemenang juara umum diajang kompetisi kala itu terselenggara di Distrik Aranday tahun 2020 lalu.
Musik qasidah dan lantunan ayat suci Al-Quran menggema dengan indahnya di malam pembukaan Musabaqoh Tilawatil Quran. Semangat dari utusan kafilah pun menjadi tolok ukur berlangsungnya perlombaan tingkat Kabupaten Teluk Bintuni ditahun 2022.
Tak ketinggalan Sang Saka Merah Putih pun lebih tinggi berkibar mencakar langit dengan gagahnya berdampingan bersama bendera MTQ di area lapangan panggung utama pembukaan oleh petugas Paskibra yang sebelumnya dibimbing personil dari Koramil 1806-02/Babo.
Kontes tingkat Kabupaten Teluk Bintuni tersebut mengusung tema, “mewujudkan generasi berkarakter berkompetensi dan berdaya saing”. Rabu (30/3/2022).
Ajang tersebut diikuti 13 utusan Kafilah dari setiap Distrik, walaupun pada tahun-tahun sebelumnya pernah diikuti 16 utusan Kafilah dari masing masing wilayah.
Perlombaan MTQ kali ini memiliki keunikan-keunikan tersendiri berbeda dengan pelaksanaan ditahun sebelumnya. Mengapa ? Karena para Kafilah telah berjuang sebelum mengikuti kontes berjam-jam menempuh perjalanan dari setiap masing -masing Distrik menuju Kampung Sara Distrik Kaitaro.
Dengan terapung di atas air yang melimpah dibarengi gemuruh ombak serta belaian angin, seolah olah menyaksikan kedatangan para Kafilah yang menggunakan kapal kayu milik nelayan menembus lautan dan sungai.
“Sekalipun setelah tiba di daratan, kita kekurangan air” ungkap Kepala Seksi Bimas Islam Abdul Muin saat sambutannya di malam pembukaan MTQ ke-IX mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Teluk Bintuni yang kala itu tidak sempat hadir.
Dalam hal ini bukan semata mata menjadi kesalahan panitia penyelenggara, namun dari banyaknya peserta sehingga volume debit air menjadi berkurang.
Keunikan lainnya, lokasi panggung utama perlombaan berada di ketinggian dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta, Panitera bahkan Dewan Hakim yang harus melangkahkan kaki menaiki bukit kecil melintasi area kanan kiri hutan kampung untuk mencapai ke arena.
“Jadi bagi mereka yang tidak pernah berolahraga, anggaplah ini adalah olah raga bagi kita”ungkap Bimas Islam
Menurutnya lagi, Keunikan berikutnya MTQ tahun ini juga dihadiri oleh kedua pimpinan Daerah Bupati dan Wakil Bupati Teluk Bintuni, dibandingkan pelaksaan pada tahun-tahun sebelumnya saat pembukaan biasanya hanya dihadiri oleh salah satu dari pemimpin daerah tersebut.
Kampung atau pedesaan tak identik dengan keterbelakangan, Walaupun Kampung Sara Distrik Kaitaro terkenal dengan banyaknya hewan kecil jenis serangga (agas) yang sering hinggap pada anggota tubuh membuat gatal bagi siapa saja saat berkunjung ke sana. Daerah tersebut juga kaya akan suburnya tumbuhan bakau yang terhampar luas sebagai penyumbang oksigen dunia.
Ditambah dengan ramahnya penduduk yang memiliki ciri khas religius serta kearifan lokalnya, disamping itu bagi warga setempat, keyakinan merupakan agama keluarga, hal itu telah mereka tanamkan sejak dari para leluhur pendahulu.
Distrik Kaitaro merupakan daerah pemekaran dari Distrik Babo ditahun 2009 silam, yang kemudian kini membawahi 5 Kampung induk dan 2 Kampung Pemekaran satu tingkat Pemerintahan dibawahnya
Diantara kampung tersebut yaitu Kampung Warga Nusa satu sebagai kampung induk, Kampung Warga Nusa dua sebagai kampung induk, Kampung Tugu Rama sebagai kampung induk, Kampung Purere statusnya masih kampung pemekaran, dan Kampung Suga sebagai kampung induk, serta Kampung Kawaf statusnya masih kampung pemekaran.
Dengan jumlah penduduk sesuai data yang disampaikan oleh Kepala Distrik Kaitaro Moses Koropasi pada media ini, secara keseluruhan sebanyak 1.981 jiwa sedangkan kepala keluarga (KK) berjumlah 310 KK.
Kemudian Distrik Kaitaro memiliki rumah peribadatan sebagai tempat umat beragama menunaikan kewajiban sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, diantaranya 3 Masjid dan 8 Gereja.
Tak elak berkah dari adanya ajang MTQ ke-IX pun menghampiri para pedagang kios kecil milik warga setempat, ini dari terlihatnya hampir setiap saat pembeli yang datang untuk mencari kebutuhan maupun sekedar nongkrong sambil bercengkrama.
“Alhamdulillah ada MTQ di kampung kami, pendapatan hasil jualan kios kami cukup meningkat” kata pria yang sering disapa Bang Dody
Melalui MTQ ke-IX Teluk Bintuni yang diselenggarakan di Kampung Sara Distrik Kaitaro, selain mencari putra-putri terbaik tanah Sisar Matiti dibidang Keagamaan seni dan budaya, diharapkan dapat pula melahirkan generasi muda religius berkarakter dan berakhlak mulia.
Pewarta : Wawan