8.5 C
New York
Kamis, November 21, 2024

Buy now

Beranjak Usia Ke -21, Teluk Bintuni Quo Vadis?

Teluk Bintuni, Indikatorpapua.com – Memasuki usia Kabupaten Teluk Bintuni yang ke-21, sejenak mundur dari hiruk-pikuk dan kebisingan kota untuk merenungkan arti serta makna kehidupan masyarakat di era Kabupaten yang telah beranjak usia 21 tahun. Dalam suasana hening, refleksi mendalam dilakukan untuk menemukan korelasi antara masa kini dan masa depan, sesuai dengan semangat dan filosofi awal yang dimeteraikan oleh para tokoh pemekaran Kabupaten Teluk Bintuni. Sabtu (1/5/2024).

Pertanyaan “Kabupaten Teluk Bintuni Quo Vadis?” atau “Bintuni, ke mana arahmu?” menjadi pusat diskusi dan renungan. Pertanyaan ini mengusik batin banyak pihak, mendorong kebutuhan akan refleksi dan kajian mendalam untuk menjawabnya. Refleksi ini tidak hanya melihat masa lalu tetapi juga merencanakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.

Dibutuhkan pengakuan terhadap perjuangan para tokoh di masa lalu yang telah bekerja tanpa lelah dan tanpa tendensi apapun untuk mewujudkan Kabupaten Teluk Bintuni. Tokoh-tokoh pemekaran hanyalah mediator dan fasilitator, diberikan mandat oleh masyarakat adat untuk berjuang demi aspirasi mereka.

Pada tahun 1996, masyarakat adat melalui Lembaga Musyawarah Adat Masyarakat Teluk Bintuni (LMAMTB) yang dipimpin oleh Bapak Simon Manibuy dan Bapak Abraham Wekabury memberikan mandat resmi kepada Tim Sukses, dikenal sebagai Tim Tujuh. Tim ini bekerja keras selama kurang lebih tujuh tahun untuk mewujudkan aspirasi masyarakat yang tersebar di empat distrik kala itu.

Sejarah perjuangan ini dirangkum dalam buku “Kabupaten Teluk Bintuni di Ambang Pintu” dan “Perjuangan Kabupaten Teluk Bintuni dalam Bingkai Kronologi”, mencatat nama para pejuang dan harapan masyarakat untuk hidup lebih baik. Harapan ini mencakup pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder, serta menjaga harmoni kehidupan antar suku, ras, dan agama.

  1. Harapan dn kerinduan masyarakat untuk hidup lebih baik di era Kabupaten Bintuni yg kaya akan Sumber Daya Alam. Paling tidak kebutuhan primer dan sekunder dapat terpenuhi.
  2. Menjaga lestarinya harmoni kehidupan antar suku, antar ras dann golongan agama. Nilai ini identik dengan Hakekat Perjuangan manusia ” Membebaskan Keterbatasan dan membatasi kebebasan “.
  3. Membangun jalan kemakmuran menjadi kunci harapan segenap masyarakat. Nilai-nilai kejuangan ini tercermin dalam semangat juang yg berkobar. Pernyataan pernyataan penuh optimisme dalam berbagai pertemuan adat, dan pertemuan pertemuan lainnya, baik formal maupun non formal. Nilai nilai tersebut di atas menjadi titik tumpu masyarakat Adat menyatukan persepsi, niat dan tekad, bersatu dalam perbedaan, merajut harmoni dan rasa, ibarat senar biola yang menghasilkan melodi indah.

Masyarakat Adat Bintuni kala itu, masing masing dengan caranya menyerukan, “Berjuanglah tanpa lelah untuk menghadirkan KABUPATEN TELUK BINTUNI”.

Syukur kepada Tuhan, Allah seru sekalian alam. Kerinduan dan harapan masyarakat Teluk Bintuni untuk menghadirkan Bintuni menjadi Kabupaten otonom baru terwujud di tahun 2003.

Tahun 2003 menjadi saksi terbentuknya Kabupaten Teluk Bintuni sebagai kabupaten otonom baru. Luapan kegembiraan, tawa, dan air mata kebahagiaan mengiringi penandatanganan prasasti dan genderang yang dibunyikan sebagai bukti keberhasilan perjuangan. Pemerintahan baru pun dimulai dengan Bapak Decky Kawab, SH. MH sebagai nahkoda pertama, yang juga merupakan salah satu tokoh utama pejuang pemekaran.

Namun, refleksi ini bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan sebagai langkah awal menuju diskusi objektif terkait masa depan Kabupaten Teluk Bintuni. Pertanyaan besar “Kabupaten Teluk Bintuni Quo Vadis?” memerlukan dialektika dan diskursus untuk menghasilkan referensi bagi pemimpin Bintuni di masa yang akan datang.

Siapapun Bupati dan Wakil Bupati berikutnya harus menjunjung tinggi nilai “Kesejahteraan Rakyat adalah Hukum Tertinggi” (Salus populi suprema Lex). Nilai ini tertanam dalam memori para pejuang pemekaran dan harus terus diperjuangkan oleh generasi berikutnya.

Refleksi ini, disampaikan oleh salah satu tokoh pelaku sejarah, sebut saja Bapak Elias Lamere. Ia mengajak semua pihak untuk terus berjuang tanpa lelah demi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni tercinta.

Pewarta : Wawan.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,913PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles

Bintuni. Pada momentum kelahiran Nabi besar Muhammad SAW 12 Robbiul awal 1443 H / 2021 M Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Teluk Bintuni Ahmad Subuh Refideso, S.HI mengajak seluruh lapisan warga masyarakat khususnya umat muslim yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni agar dapat mengambil Hikmah dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya."Peringatan Maulid Nabi ini tentunya merupakan refleksi umat Islam terhadap Baginda tercinta Rosulullah SAW, atas kelahirannya, maupun perjuangannya dalam syiar Islam" kata Subuh. Senin (25/10/2021).Diungkapkan Subuh Refideso, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW juga memiliki makna dan tujuan yang positif, baik yang dilaksanakan oleh tiap-tiap Pengurus Takmir Masjid, lembaga-lembaga kerukunan kemasyarakatan lainnya, ini semua patut diteladani oleh setiap umat muslim."Saya mewakili seluruh pengurus MUI memberikan Apresiasi dan mensupport kepada lapisan masyarakat yang telah berjibaku untuk meneladani kelahiran dan perjuangan Baginda Rasulullah SAW" ungkapnya.Ahmad Subuh Refideso juga menjelaskan, giat Maulidur Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita hubungan sesama mahluk ciptaanNYA maupun hubungan kepada sang Pencipta, yang tentunya demi terwujudnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara."Hablum Minallah, Hablum Minannas" jelas SubuhSubuh juga berharap kepada Pemerintah Daerah seyogyanya dapat memberikan support dan dukungannya atas semua kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan, karena ini merupakan bagian dari visi misi Kepala Daerah khusus Pembangunan dibidang Keagamaan.
Total
0
Share