“Peserta pelatihan ini, mereka adalah tim yang nanti bekerja menangani HIV AIDS di masing-masing Puskesmas,”
Indikatorpapua.com | Bintuni – Untuk penanganan HIV tiga belas unit Puskesmas di Kabupaten Teluk Bintuni mengikuti kegiatan Workshop PITC program HIV AIDS yang didukung oleh Global Fund (GF) komponen Aids Dinas Kesehatan.
Giat pelatihan di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni tersebut berlangsung selama 3 hari sejak 21 hingga 23 September 2022, dengan diikuti 5 orang peserta dari masing-masing Puskesmas meliputi 1 tenaga dokter, 2 tenaga perawat dan 1 orang farmasi serta 1 orang analis.
“Peserta pelatihan ini, mereka adalah tim yang nanti bekerja menangani HIV AIDS di masing-masing Puskesmas,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes, saat dikonfirmasi wartawan usai menutup kegiatan Pelatihan. Jumat (23/9/2022).
Menurut Franky Mobilala, untuk penyebaran virus HIV agar bisa di tekan dan tidak berkembang yakni dengan cara kalau ditemukan kasus 90 persen, maka yang diobati juga harus 90 sebanyak persen.
“Beberapa tahun terkahir ini kita banyak loss fullup untuk pasien, dimana kita bisa mendiagnosa namun kita tidak mampu untuk mengobati mereka. Akhirnya ada beberapa pasien yang meninggal pada triwulan pertama tahun 2022 ada 3 (tiga) sampai 5 (lima) orang yang meninggal karena positif HIV-AIDS.” Ujarnya.
Dan pihaknya berharap melalui pelatihan tersebut, Puskemas mampu untuk melihat kembali dari 500 sekian pasien yang dinyatakan positif HIV bisa bertahan hidup atau jangan sampai ada yang meninggal dunia karena positif HIV.
“Kalau bisa orang yang mengidap HIV itu bisa bertahan hidup 10 sampai 20 tahun melalui pengobatan,” harapnya.
Lebih jauh orang nomor satu di Dinas Kesehatan Teluk Bintuni itu juga menjelaskan strategi yang akan dilakukan untuk menekan angka HIV. Seperti pada saat sewaktu dirinya masih menjabat sebagai Kepala Bidang yang menangani HIV AIDS, sekitar 5 tahun seluruh penduduk yang berada di Teluk Bintuni bisa terperiksa HIV.
Dikatakan, untuk target pada saat itu dalam 5 tahun pihaknya dapat melakukan periksaan dengan jumlah penduduk sebanyak 60 ribu orang. Pastinya berbeda dengan saat ini penduduk di Kabupaten Teluk Bintuni sudah mencapai 80 ribu lebih.
“Jadi kita akan kembali lakukan itu supaya kita bisa tahu status kita di Teluk Bintuni yang sudah terperiksa HIV berapa ribu orang” cetusnya.
“Jadi yang kita periksa berapa yang positif HIV, berapa yang diobati, dan berapa yang tidak diobati” tuturnya lagi.
Lebih lanjut Franky Mobilala juga mengungkapkan, setelah dari 13 Puskemas ini diberikan pelatihan, berikutnya 12 unit Puskemas juga akan mengikuti hal yang sama. Sehingga seluruh Puskemas yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni sudah mampu mempercepat pemeriksaan HIV pada pasien.
Selain itu dikatakan Franky, sesuai arahan Bupati kalau bisa ASN juga dilakukan tes Narkoba sehingga bisa sekaligus dilakukan tes HIV seperti pada masa mantan Bupati sebelumnya yang pernah dilakukan tes HIV kepada seluruh ASN dan bahkan masyarakat umum.
Sebelum dilakukan tes HIV terlebih dahulu dilakukan konseling, kalau ASN atau masyarakat telah bersedia diperiksa, maka yang bersangkutan menandatangani surat pernyataan lalu kemudian di lakukan tes HIV kepada yang bersangkutan.
Untuk strategi yang dilakukan sekarang di Puskemas, ibu hamil dan orang sakit wajib periksa HIV. Menurut Franky selain itu juga pihaknya mendorong adanya sebuah regulasi tentang peraturan daerah atau Perda yang bukan hanya untuk menangani HIV melainkan juga untuk penyakit malaria.
Karena pendapatnya, jikalau sudah ada Perda yang mendukung itu maka setiap pintu masuk akan dilakukan pemeriksaan HIV seperti pemeriksaan virus corona kala itu.
“Saya berharap kepada seluruh masyarakat di Teluk Bintuni agar jangan takut dengan HIV sebab kalau kita cepat periksa kita akan cepat menanganinya dan tidak sampai pada kematian” terangnya.
Tambah Franky Mobilala, ada 4 (empat) tingkatan stadium pada HIV, jika stadium pertama dapat terdeteksi maka stadium kedua, ketiga dan keempat tidak akan muncul.
“Dan yang terinfeksi bisa tetap di stadium satu. Jadi yang sudah positif kalau mau ingin sampai bertahan hidup maka yang bersangkutan harus minum obat agar virusnya tidak berkembang, Dan sudah terbukti sampai saat ini di Bintuni sudah ada beberapa orang pengidap HIV yang masih hidup 10 sampai 20 tahun dan mungkin lebih,” ujarnya.
Dengan adanya pelatihan HIV AIDS tersebut Dinas Kesehatan juga akan membuka dua loket layanan pemeriksaan HIV, diantaranya pada Puskesmas Bintuni dan Puskesmas Manimeri sebagai pilot projects di kabupaten Teluk Bintuni.
Dalam pelatihan Dinkes dibantu oleh Global Fund dengan narasumber berasal dari Provinsi Papua Barat yang sudah berpengalaman dan ikut terlibat langsung diantaranya dr. Devie Lasut, Sp.PD, MM dokter spesialis penyakit dari rumah sakit Sele Be Solu Sorong.
Kemudian narasumber lainnya Jemmy Saul Mele (laboratory expert) dan Apt. Rusman Belang, S.Si, M.Kes Ketua PD Hisparsi-IAI Papua Barat dari rumah sakit Sele Be Solu Soron, Serta Ibu Poppy (data Officer) mantan pemegang program HIV di rumah sakit umum Teluk Bintuni yang dipakai oleh Global Fund. Mereka semua melatih 13 Puskemas yang ada di Teluk Bintuni.
Pewarta : Iqbal