“Ini adalah permulaan dan bukanlah akhir, kami tidak akan berhenti dan jemu, namun akan senantiasa bersemangat dan berusaha untuk tetap terus konsisten disela kesibukan keseharian kami masing-masing, demi perubahan yang hebat bagi Tanah Sisar Matiti terkhusus Distrik Weriagar”
Indikatorpapua.com | Bintuni – Guna mencerdaskan anak bangsa dan ditengah kesibukan aktifitas sosial kemasyarakatan, seorang tenaga kesehatan dokter Yoslianto Sarampang dan sepasang suami istri Pdt. Ratna Dewi Dachi dan Ronald Frendly Matulessy, dari Distrik Weriagar Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat, membuka kelas belajar mengajar diluar jam Sekolah.
Bersama rekan lainnya mereka merupakan ujung tombak penggerak (pelopor) pertama kalinya di daerah tersebut yang berupaya untuk mendorong kemajuan dan pentingnya dunia pendidikan di Distrik Werigar.
Tidak hanya soal ilmu pengetahuan yang wajib harus mereka pelajari seperti halnya di sekolah, namun lebih kepada pendidikan moral guna membangun suatu karakter anak bangsa yang kuat dan hebat serta mengajarkan nilai-nilai etika (Tata Krama) dalam kehidupan ditengah bermasyarakat.
“Ini kami lakukan atas niat, inisiatif dan motivasi akan kerinduan kami pada tempat ini, guna menanamkan nilai-nilai etika, dan inilah yang jadi garis besar inti alasan suatu Kelas Belajar kami bentuk” tutur Dokter Yoslianto Sarampang salah satu tenaga Kesehatan yang bertugas di Puskesmas Weriagar pada media ini. Kamis (11/8/2022).
Menurutnya awal kelas belajar mengajar sudah diniatkan sejak 2-3 tahun lalu, namun karena satu dan lain hal hingga akhirnya sebuah komitmen panggilan itu bisa dipenuhi dan dibentuklah pada tanggal 7 Juli 2022 sampai saat ini, yang berlokasi selain di rumah Ibu Pdt Ratna Dewi Dachi dan suaminya Ronald Frendly Matulessy. serta rumah dinas selaku dokter yang bekerja di Puskesmas Weriagar.
Diungkapkan dr.Yoslianto Sarampang, inisiatif juga berawal dari perjumpaannya serta tutur nasehat dari Pdt. Ratna, inilah yang menemukan ia guna ikut membantu dalam prospek besar dan penting bagi generasi di Weriagar, dengan membuka Kelas Belajar mengajar. Dan Ini Ia lakukan semata – mata untuk membantu adik-adik di Distrik Weriagar yang mengalami kendala atau kesulitan akan baca tulis serta berbahasa Inggris.
Sosok dari Pdt Ratna Dewi Dachi beserta dengan suaminya Ronald F. Matulessy, mereka merupakan tokoh dari bidang keagamaan yang aktif melayani di GKI (Gereja Kristen Injili) Ekklesia Weriagar, sedangkan Ia sendiri berprofesi sebagai tenaga Dokter di Puskesmas Distrik Weriagar. Dan dibantu oleh satu rekannya sebagai Petugas Farmasi (Miftahul Jannah).
“dimana kami berdua aktif bekerja di Pusat Fasilitas Layanan Kesehatan Masyarakat atau lebih dikenal dengan nama Puskesmas di Distrik Weriagar” ucap dr. Yoslianto Sarampang.
Proses belajar mengajar sendiri dibuka dalam 2 kelas yakni Kelas Baca Tulis bagi adik-adik yang belum mahir membaca serta menulis dengan jadwal belajarnya setiap hari (bahkan saat libur) dibagi dua sesi pertemuan pagi dan sore hari. Sementara untuk Kelas Berbahasa Inggris bagi semua anak-anak di Distrik Weriagar, jadwalnya rutin setiap hari Sabtu jam 4 sore.
“untuk kelas Baca Tulis sendiri dilatih atau diajari oleh Ibu Pdt dan suaminya. Sedangkan Kelas Berbahasa Inggris dilatih atau diajari oleh saya sendiri dibantu oleh teman saya yaitu Miftahul Jannah dan Hasmiati (Petugas Analis Laboratorium Puskesmas Weriagar)” jelasnya.
Sekalipun adanya kendala akan minimnya fasilitas seperti papan tulis, alat peraga dalam proses mengajar mereka lakukan selama ini demi generasi emas Tanah Sisar Matiti.
“semangat kami akan kerinduan ini tidak akan pernah padam sekalipun dengan keterbatasan yang ada dan dengan keterbatasan itulah kami senantiasa berupaya dan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik” ungkap salah seorang tenaga kesehatan tersebut.
Meskipun dilihat dari sudut pandang profesi (status pekerjaan) mereka bukanlah tenaga pengajar atau pendidik layaknya seorang guru, namun bakat dan talenta yang dimiliki yang memanggil untuk menggerakkan hati nurani bersemangat dan terus aktif melayani membuka kelas belajar bagi anak generasi di Weriagar.
Bagi dr. Yoslianto Sarampang, Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Karakter ibarat alam yang terbentang luas yang harus digapai oleh generasi emas anak bangsa terkhusus adik-adik di Distrik Weriagar.
Ini merupakan perwujudan dari kerinduan besar setiap anak bangsa khususnya di Distrik Weriagar agar kelak apa yang telah kami tabur melalui pendidikan, nilai moral dan kerohanian serta pelayanan kesehatan, kelak bisa dituai dan dinikmati oleh banyak orang.
Sebagai pengajar, pihaknya telah membuka jalan sekaligus sebagai penunjuk jalan yang baik dan benar bagi anak-anak dan masyarakat di Weriagar, maka generasi-generasi emas yang hebat akan lahir dan berakar terus menerus sampai pada masa generasi mendatang.
“Kami pengajar hanya sebagai penunjuk jalan terbaik, dan anak-anak generasi emas di Weriagar inilah yang akan kami bawa dan arahkan bermoral hebat yang beretika serta kelak dapat dibanggakan orang tua bahkan bangsa” harap pria yang telah selama kurang lebih 4 tahun bertugas di daerah tersebut
Sekilas pandang bagi dr.Yoslianto Sarampang, menilai Kabupaten Teluk Bintuni sangat luar biasa, banyak hal yang dirinya temui atau jumpai, sehingga yang menjadi sorotan ia menilai pembangunan disebuah wilayah tidak hanya dari aspek kesehatan semata yang diperhatikan. Namun juga aspek pendidikan menjadi hal yang prioritas utama dari segalanya.
Dari kedua aspek ini telah diberikan secara Gratis (tanpa biaya) seperti halnya yang telah diprogramkan oleh Pemerintah Daerah kepada seluruh masyarakat yang tinggal di Teluk Bintuni terkhusus di Distrik Weriagar, tidak seperti tempat-tempat di daerah lainnya yang kemungkinan tidak gratis.
“Ini adalah permulaan dan bukanlah akhir, kami tidak akan berhenti dan jemu, namun akan senantiasa bersemangat dan berusaha untuk tetap terus konsisten disela kesibukan keseharian kami masing-masing, demi perubahan yang hebat bagi Tanah Sisar Matiti terkhusus Distrik Weriagar”tutupnya.
Sebaik-baiknya Manusia, ialah yang bermanfaat bagi Manusia Lainnya.
Pewarta : Wawan