Indikatorpapua.com|BINTUNI-Pedagang di pasar rakyat Manimeri Kampung Banjar Ausoiy SP 4 Distrik Manimeri mengeluh sepi dari pengunjung.
Pasar Rakyat yang dibangun dengan Anggaran sekitar Rp8 dari APBD serta dibantu melalui Dana Tugas Pembantuan (TP) dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan RI tersebut
Sejak diresmikan pada hari Rabu (9/6-2021) silam oleh Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, saat ini kondisi Pasar rakyat Manimeri yang terletak di Kampung Banjar Ausoiy SP 4 Distrik Manimeri cukup memprihatinkan.
Nampak sejumlah los pasar yang telah dibangun cukup megah namun sepi dari pengunjungnya, seperti di los pasar ikan, los pasar sayur tertutup dan pasar sayur terbuka hanya dihuni oleh sedikit sekali pedagang, bahkan sepi dari pembeli, demikian pula los pasar pakaian, dan los pasar pecah belah yang masih belum digunakan dan tertutup.
Kurang lebih 2 jam memantau kondisi pasar, hanya terhitung satu orang pembeli yang datang untuk mencari sayur kangkung. Kondisi seperti itu juga nampak di pasar ikan yang terletak di bagian belakang, dari sebanyak 30 lapak yang disediakan pemerintah, hanya dihuni dua pedagang dengan jumlah ikan tidak lebih dari 5 tumpuk.
Abdul Wahid Bauw salah satu pedagang ikan mengatakan, sejak diresmikan bulan Juni lalu, pembeli hanya sedikit, bahkan berkurang semakin lama semakin nampak sepi, sehingga ikan yang dijajakan menjadi rusak karena sepi dari pembeli, padahal harga ikan yang ia jual sama dengan ikan segar yang ada di pasar sentral kota Bintuni.
“Maunya kita lancar-lancar saja orang belanja, tapi mulai dari diresmikan tidak ada pembeli, kasihan Ikan kita taro begitu saja sampe hancur” ujar Wahid.
Wahid mengungkapkan pihaknya sempat merugi karena ikan tiga box yang ia beli tidak laku dan rusak, karena pembeli lebih memilih membeli ikan yang dijual di pinggir jalan daripada masuk di pasar.
Siti Muna wanita paruh baya yang tinggal di SP 4 ini mengatakan, di los tertutup ini hanya dihuni dia dan 4 orang pedagang lainnya yang berdagang mulai dari Senin sampai Sabtu, sementara hari Minggu ia berjualan seorang diri di los pasar yang lapaknya lebih dari 98 meja ini.
Siti mengaku, dalam sehari jika pembeli banyak, ia akan mendapatkan untung bersih sekitar 100-150 ribu namun tak jarang juga ia dan pedagang lainnya hanya mendapatkan keuntungan 20 ribu rupiah mulai dari berjualan pukul 07.00 WIT sampai pukul 13.00 WIT.
“Kalau selesai duhur orang su tra masuk di sini, sudah sepi jadi kita jualan sampai duhur saja” ujar Siti.
Sementara itu, pedagang di los terbuka ( los mama mama Papua) Agustina Kandaimu warga Jalur 2 SP 4 mengaku dagangannya juga sepi, karena ia dan rekan-rekannya harus bersaing dengan pedagang sayur keliling dan pedagang sayur yang membuka lapaknya di pinggiran jalan.
“Saya menjual sejak pasar diresmikan, sampai hari ini hanya begini-begini saja, penghasilan tidak tentu kadang paling sedikit 20 ribu satu hari, kalau rame bisa sampai 100 ribu” katanya.
Agustina mengharapkan pemerintah segera menertibkan pedagang-pedagang yang berjualan di pinggir jalan untuk masuk ke dalam pasar, supaya pasar rakyat yang dibangun dengan anggaran milyaran ini bisa ramai dan diminati pembeli karena harga sayur di pasar ini lebih murah dan segar daripada di pasar central Kota Bintuni.
“Kita mau supaya dari Perindagkop dong kasih tertibkan jualan yang di pinggir jalan untuk masuk ke dalam pasar supaya dorang pu perhatian ke pasar, kalau masih ada yang dipinggir jalan otomatis dorang belanja di sana” ujarnya.
Agustina mengatakan, sudah mengadukan kondisi ke ke dinas Perindagkop, namun sampai saat ini belum ada realisasi. Sementara itu, terkait retribusi pasar, sejauh ini belum ada petugas yang datang menagih retribusi.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Yulius Bandi menjelaskan, ada sebanyak kurang lebih 90-an los pasar yang juga dibangun dengan Dana tugas pembantuan (TP) Pusat ini yakni los Pakaian sebanyak 12, pecah belah 20 los, pasar terbuka sebanyak 60 meja serta pasar ikan sekitar 4 los.
Dikatakan sudah ada sebanyak 100 lebih permohonan pedagang yang masuk ke Dinas, namun hanya wilayah SP 4, 3, 2 dan SP 1, yang diperbolehkan mengisi pasar dan diprioritaskan bagi pedagang orang asli Papua (OAP).
“Dalam waktu dekat kami dari Dinas Perindagkop akan rapat kembali bersama Pemerintah Kampung setempat dan Bapenda Bintuni untuk mencari solusinya” ungkapnya.
Diakui Bandi, bahwa sebagian pedagang yang sudah terdaftar di los pasar rakyat Manimeri masih banyak yang belum menempati losnya, seperti pedagang pakaian, dan pedagang pecah belah.
“Mereka hanya minta tempat, tapi barangnya belum ada, dan saya berharap bagi pedagang yang sudah barangnya ada, segera masuk mengisi losnya” tegasnya.|Laporan Wawan Gunawan