Indikatorpapua.com|Bintuni-Ijah Efun, Mama Papua dari Suku Sebyar Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, bisa disebut sebagai Perempuan Tangguh yang hidup mandiri, Ia tidak seperti Perempuan biasanya.
Sebagai Orang Tua Tunggal dalam keluarga Ia memiliki peran ganda, menjadi Ibu Rumah Tangga sebagaimana kodratnya ketika mengasuh dan mendidik Anak-anak sepeninggal Suaminya menjadi hal biasa, tetapi berperan sebagai Kepala Keluarga ketika berhari-hari ia membela Muara Kali di kawasan Konservasi Hutan Magrove bagai Nelayan yang pantang menyerah sebelum mendapat hasil menjadi bagian dari hidup yang Ia tekuni bertahun-tahun.
Hutan Mangrove di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat memberikan manfaat bukan hanya sebagai penyumbang Oksigen bagi Dunia, tetapi manfaat lain pun langsung di rasakan warga lokal, seperti bertahun-tahun dirasakan Mama Ijah Efun.
Masyarakat lokal kerap menjadikan kawasan Magrove sebagai lahan mengembangkan komuditas di Bidang Perikanan, Para Nelayan sering mengais udang, Kepting, Siput dan jenis hewan Invertebrata.
Hidup di rumah papan di kawasan Panti Asuhan Muhamadiyah Teluk Bintuni, di usia yang nyaris menyentuh setengah Abad, Mama Ijah keseharian bekerja sebagai Nelayan pencari Siput Air Payau, Kepiting dan Udang.
Saat ditemui Jurnalis Indikatorpapua.com, Senin (4/01-2021) digubuk berdinding dan beralas Papan, Dia menuturkan bahwa, Sebagai Nelayan pencari Siput udang, Kepiting dan Ikan Ia tekuni sejak 2016 silam di sekitar muara Teluk Bintuni, hanya bermodalkan, Warisan motor tempel, alat pancing dan perahu milik Almarhum Suaminya.
Tatkala melaut, Mak Ijah keluar hingga beberapa hari demi mencapai hasil maksimal, tentu dengan persiapan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan menghabiskan Uang hingga 1 Juta Rupiah.
“Modal awal satu kali pergi itu bisa habis Rp 1 jutaan, karena harus beli Bama, BBM dan yang lainnya” wanita parubaya kadang Merajut Noken ketika Cuaca tak mendukung untuk Ia pergi mencari.
“Alhamdulillah hasil yang saya dapat pun kadang mencukupi kadang kurang, semua tergantung usaha. Tapi yang paling penting apapun hasilnya disetiap mencari saya tetap mensyukuri” tutur Ibu 6 Anak ini.
Meskipun Ia telah memiliki Enam Anak dimana Anak-anak yang berusia Dewasa rata-rata bekerja sebagai Tenaga Honor di Sekolah maupun di Rumah Sakit, namun sepertinya Ia tak mau membebani anak-anaknya yang telah bekerja, apalagi masih ada dua Anak yang duduk di bangku sekolah, tentu membutuhkan biaya.
Hasil tangakapn sebagai Nelayan seperti Siput, biasanya ia jajal kepada Warga Teluk Bintuni di sekitarnya, dengan seikat Siput ia jual seharga Rp 15.000
Ijah pun tak berharap banyak kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat, Ia meminta agar kawasan Magrove terus di jaga dan dirawat sebagai lahan tempat Ia dan Warga Nelayan mencari hidup. Apalagi Hutan Magrove sebagai tumbuhan yang memberi manfaat kepada berlangsungnya kehidupan Manusia.|Gunawan