“Semoga kita sekalian termasuk orang-orang yang selalu mendapatkan RahmatNya, Amin,”
Indikatorpapua.com | Bintuni – Siapapun pasti mendambakan terwujudnya masyarakat atau negeri yang berkah, yaitu negeri yang aman, nyaman, tenang dan rizkinya melimpah. Sudah barang pasti dambaan itu tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan yang nyata.
Bagaimana mungkin orang akan menjadi dokter kalau dia tidak pernah sekolah di kedokteran dan bagaimana mungkin orang akan menjadi hakim kalau tidak pernah menempuh pendidikan di bidang hukum.
Orang menjadi dokter atau hakim tidak dengan tiba-tiba tetapi harus melewati suatu proses. Demikian juga dengan negeri ini, tidak akan bisa aman, nyaman, tenang, makmur dan rizkinya melimpah dengan tiba-tiba, melainkan harus melewati suatu proses. Proses itu tidak lain adalah bahwa penduduk ini harus benar-benar melaksanakan konsep taqwa, kapanpun dan di manapun mereka berada, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya, :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami , maka kami siksa mereka sebab perbuatan mereka sendiri,” (QS. Al-A’raf 97).
Hal ini seperti disampaikan Ustad Ali Ahmad dalam khutbah Jum’atnya di Masjid Abri komplek Kodim 1806 Teluk Bintuni, Jumat (6/12/2022).
Sambung Ustad Ali Ahmad, Kalau melihat kondisi negeri ini, sebenarnya sangat memprihatinkan, kemaksiatan merajalela dan kemungkaran terjadi di mana-mana. Ini merupakan indikasi bahwa penduduk negeri ini belum maksimal dalam melaksanakan konsep taqwa.
Dan rupa-rupanya kemaksiatan itu semakin lama semaki meningkat bukan berkurang. Kalau ini tidak segera diakhiri, maka keberkahan yang Allah tumpahkan di negeri ini sehingga menjadi negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi dikhawatirkan akan dicabut dan dibalik menjadi negeri yang hancur.
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an,
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ اَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْكُلّش مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ (النحل 112 .
“Dan Allah telah membuat perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman, tentram, rizkinya dating melimpah ruah dari setiap tempat, tetapi karena penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka allah merasakan bencana kelaparan dan ketakutan sebab ulah perilaku mereka sendiri,”(QS. An-Nahl 112).
Penduduk yang mengingkari nikmat-nikmat Allah itu adalah penduduk yang tidak mau mensyukuri nikmat. Karena yang namanya mensyukuri nikmat itu tidak hanya sekedar mengucapkan Alhamdulillah, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk tindakan amal yang nyata, yang tidak lain adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Dengan demikian mereka yang menerjang larangan Allah dan terus menerus melakukan kemaksiatan itu sama saja dengan mengingkari nikmat Allah SWT.
Oleh karena itu, dikatakan Ustad Ali Ahmad, agar negeri ini aman dari ancaman bencana dan menjadi negeri yang berkah, hendaknya kita mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu dan keluarga kita sendiri sebagaimana firman Allah,
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ( التحريم 6 .
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu , penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS. At-Tahrim 6).
Allah SWT, telah memberikan langkah – langkah praktis bagaimana menuju masyarakat yang baik dan negeri yang berkah, yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga, sebab hanya kedua unsur inilah pilar pokok sebuah masyarakat dan negara. Kalau masing-masing dari kita sebagai warga negara bisa menjaga diri dan keluarga dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan maka dengan sendirinya juga akan terbentuk negeri yang berkah.
“Tetapi kalau masing-masing dari kita dan keluarga penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan maka akan terbentuk negeri yang rentan, ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan, maka tidak akan produktif bahkan tidak bisa diharapkan kebaikannya,” tutur Ustad Ali Ahmad.
Dijelaskan Ustad Ali Ahmad, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan tentang bahaya dari dosa yang dilakukan oleh manusia di antaranya adalah :
- Dosa akan memperlemah kesadaran akan kegagunggan Allah dalam hati. Artinya orang yang sering melakukan perbuatan dosa tidak akan bersungguh-sungguh mengagungkan Allah, kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid, badan terasa sulit untuk bangun di waktu fajar untuk melakukan sholat subuh, telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, akhirnya lama-kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan lebih keras lagi sebagaimana firman Allah, yang artinya, :
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya, dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut pada Allah, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah 74).
- Dosa akan menghilangkan ruh cemburu. Orang yang sering melakukan dosa tidak akan sensitive bila melihat orang-orang berbuat dosa, ia tidak tersinggung dengan isterinya yang auratnya dilihat banyak orang, bahkan ia sengaja mengijinkan untuk mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya, anaknya yang sering teler, mabuk tidak pernah diperingatkan dibiarkan begitu saja.
- Dosa membuat orang tidak mempunyai rasa malu. Rasa malu inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang. Kala rasa malu itu sudah tidak ada pada diri manusia, maka tak ubahnya seperti binatang yang semaunya melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan apakah itu haram apa tidak, ada manfaatnya apa tidak.
Akibatnya tidak merasa berdosa ketika melakukan penyelewengan, tidak mempunyai rasa iba dan kasihan ketika melakukan penganiayaan, tidak merasa bersalah ketika melakukan sesuatu yang merugikan orang lain dan tidak malu lagi ketika melakukan perzinaan tetapi malah bangga dan ditunjukkan pada orang lain.
Masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh dengan nuansa kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.
- Dosa membuat orang semain jauh dari ihsan yaitu sikap di mana seseorang meninggalkan perbuatan dosa. Dari kesadaran ihsan inilah orang akan benar-benar menjaga dirinya dari melanggar aturan-aturan Allah.
Dalam sebuah hadits, Nabi menyatakan, :
اَلاِحْسَانُ اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah dan bila tidak bisa melihat Allah maka allah melihat kamu.”terang Ustad Ali Ahmad.
Dengan berbekal ihsan inilah orang tidak akan mudah melakukan perbuatan dosa, sebab setiap kali akan melakukan maksiat selalu ingat bahwa apa yang dilakukan dilihat leh Allah, demikian juga ketika melakukan kewajiban apa itu tugas di lingkungan kerja, mengajar, melayani masyarakat atau yang lain, pasti akan melakukan dengan sepenuh hati dan sebaik-baiknya, sebab apa yang dilakukan dilihat oleh Allah dan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Kalau orang terbiasa berbuat dosa, secara otomatis ia telah menghancurkan kesadaran ihsannya.
“Hilangnya kesadaran ihsan adalah malapetaka bagi manusia,” jelas Ustad Ali Ahmad.
Bila suatu masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang tidak mempunyai kesadaran ihsan, maka tidak mustahil masyarakat tersebut akan selalu dihantui berbagai tindakan kedzaliman dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mulia.
- Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana. Allah SWT selalu menceritakan bahwa diadzab-Nya umat-umat terdahulu adalah karena mereka selalu berbuat dosa, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alqur’an, :
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ ( العنكبوت 40 )
“Maka masing-masing mereka itu kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang kami benamkan ke dalam bumi, ada yang kami tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri,
(QS. Al-Ankabut 40).
“Semoga kita sekalian termasuk orang-orang yang selalu mendapatkan RahmatNya, Amin,” tutup Ustad Ali Ahmad, dalam khutbah Jum’at perdana di Masjid Abri Komplek Kodim 1806 Teluk Bintuni.
Pewarta : Wawan.