Manokwari|Indikatorpapua.com-Hasil Budidaya Rumput Laut Jenis Sakol dari Petani asal Kabupaten Teluk Wondama, dilepas oleh Gubernur Papua Barat untuk di pasarkan di Surabaya Jawa Timur melalui PT. Pelindo II Manokwari.
Rumput Laut dijadikan Pemerintah Papua Barat sebagai komuditas utama non Devorestasi, rencana pengembangan komuditas ini bahkan telah di susun dalam Gren Desain Investasi Hijau Papua Barat dan peta jalan komuditas unggulan non Devorestasi.
Sebanyak 20 Ton Rumput laut kering yang diisi didalam Karun itu di masukan secara simbolis oleh Gubernur Papua Barat ke dalam Kontainer.
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan mengatakan, Rumput laut sebagai salah satu komuditas ramah lingkungan merupakan bagian dari pada Komitmen Provinsi Papua Barat yang tertuang dalam Perdasus Nomor 10 Tahun 2019 sebagai Provinsi Pembangunan Berkelanjutan.
Selain itu sebagaimana tertuang dalam komitmen bersama yang di sebut sebagai Deklarasi Manokwari dimana lebih mengedepankan ekonomi hijau dan ramah lingkungan Green Economic Growth Programe For Papua and West Papua Provinces/GEG.
“Komitmen di Tahun 2018 lalu sangat jelas, yaitu mengelolah sumber daya alam kita demi anak cucu kita dimasa yang akan datang” kata Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan Selasa 27 Oktober 2020.
Dikatakan Pembangunan di Papua Barat di kerahkan pada pembangunan ekonomi Hijau, dengan menitik beratkan pada komoditas unggulan non Devorestasi. Yaitu Komiditi Kakao,Kopi, Pala Kelapa Dalam, Rumput Laut dan Ekowisata.
“Hari ini dengan bangga kita kembali melakukan Pengapalan Produksi Rumput laut yang merupakan komoditas unggulan Daerah, walaupun dalam situasi yang tidak menentu akibat bencana non alam” Kata Dominggus Mandacan.
Dikatakan bahwa sebelumnya diawal Tahun 2020, pihaknya melepaskan perdana produk biji kering Kakao, kualitas Premium tujuan Eropa.
“Untuk mengefektifkan upaya ini, saya telah memerintahkan untuk dibentuk satuan tugas komoditi unggulan, termasuk Rumput laut, yang beranggotakan para pihak dari sektor hulu sampai ke Hilir” jelas Gubernur.
Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Papua Barat, Gubernur dalam arahanya mengatakan bahwa untuk meningkatkan nilai Produksi Rumput Laut segera disusun rencana induk pengembangan dan rencana usaha sehingga lebih terarah.
“Kepada OPD terkait baik di Provinsi maupun di Kabupaten agar mengambil peran lebih dalam rangka membina petani rumput laut Orang Papua sehingga lebih cepat meningkatkan Produksi” jelasnya.
Hasil Produksi Rumput laut yang di kirim ke Suarabaya berasal dari Petani lokal di Kampung Yende, Kampung Mena, Kampung Meyak Distrik Roon serta KampungYembekiri, Kampung Indosorowi, Kampung Osenebuay Distrik Rumberpon serta Kampung Yomber Distrik Yoswar Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Kepala Balitbabang Daerah, Provinsi Papua Barat, Charly Heatubun menambahkan bahwa, Pengiriman komoditas rumput laut milik petani lokal merupakan komitmen deklarasi Manokwari dalam hasil konfrensi Internasional keanekaragaman hayati, ekowisata dan ekonomi kreatif (ICBE) di Manokwari Tahun 2018 silam.
“Ini merupakan komitmen Pemerintah Kerajaan Inggris melalui Unit Perubahan Iklim membantu Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp 400 Milyar dengan kelanjutan pertemuan tingkat tinggi Investasi Hijau di Sorong” kata Charly Heatubun.
Dikatakan bahwa, Sebelumnya tekah di produksi hasil pertanian rumupt laut dari petani di Teluk Wondama sebanyak 85 Ton merupakan hasil uji coba saat itu.
Kendati demikian, kata Charly, saat ini harga Rumput laut yang di ambil dari petani sebesar Rp 6000 per kilogram, sementara harga jual di Surabaya per kilogram sebesar Rp 18.000.
“Dengan hasil 20 Ton saat ini, total peredaran uang sekitar Rp 120 Juta di Kampung-kampung tempat para Petani Rumput laut” jelasnya.
Pejabat Semantara (Pjs) Bupati Teluk Wondama, Abdulatief Suaeri mengatakan, Produksi Rumput laut paling dalam hitungan dia 40 Ton Produksi baru mencapai normal.
“Ini baru pembeli berani, jadi yang ini baru awal sebab saya sudah intruksikan kepada Dinas Perikanan agar meningkatkan Produksi” kata Abdulatief Suaeri.
Target yang di berikan yakni dalam satu bulan harus mencapai 40 Ton produksi rumput laut menurut dia rasional sebab selain pembeli berani juga dapat mengurangi biaya lain-lain.
“Bagaimana biaya pengiriman, belum lagi masuk pelabuhan sehingga target kita memang harus 40 Ton” katanya.
Keberhasilan Petani Rumput laut di Kabupaten Teluk Wondama tidak terlepas dari peran serta Program Ekonomi Hijau dilakukan oleh Ekonusa yang bekerja sama dengan Dinas Perikanan.
“Program ini didanai oleh Pemerintah Inggris untuk meningkatkan Ekonomi Orang Asli Papua dengan dilakukan pendampingan berdurasi selama 5 Tahun sejak 2017 hingga Tahun 2022” kata Alex Rumaseb Deputy Team Leader Ekonomi Hijau Papua.
Dikatakan bahwa, selain pengembangan pala di Fak-fak, fokus pengembangan yang di lakukan yakni Budidaya Rumput Laut di Wilayah Papua Barat.(IP.02)