“Keselamatan yang paling utama. Untuk saat ini kami libur tidak melaut dulu”
Indikatorpapua.com | Bintuni-Cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Teluk Bintuni beberapa bulan terakhir membuat para nelayan di daerah ini memilih bekerja secara serabutan.
Suryanto, Nelayan di Kampung Banjar Ausoy, Teluk Bintuni, Senin (10/1), mengutarakan cuaca di wilayah tersebut cukup berisiko jika ia dan rekan-rekan memaksakan diri untuk melaut.
“Keselamatan yang paling utama. Untuk saat ini kami libur tidak melaut dulu,” kata Suryanto saat ditemui di rumahnya.
Sambil menunggu cuaca kembali normal ia memilih memanfaatkan waktu untuk menggarap sawah sebagai petani padi.
Menurutnya pendapatan dari hasil melaut cukup bagus meskipun tidak menentu.
“Paling banyak hasil melaut sebagai nelayan kepiting saya pernah mendapat 100 kilogram,” ujarnya selain kepiting ia juga menangkap ikan.
Dari hasil tangkapan tersebut Suryanto menjual kepitingnya kepada penampung dengan harga antara Rp 10 hingga 50 ribu perkilo tergantung kualitas.
Untuk kepiting kategori BS atau kurang bagus ia jual dengan harga Rp 10 ribu per-kg. Sedangkan untuk kepiting kategori bagus dijualnya seharga Rp 50 ribu per kg.
Ia mengungkapkan bahwa modal untuk melaut tidak sedikit. Sekali berangkat melaut ia harus mengeluarkan sedikitnya Rp 1,5 juta.
“Modal segitu sudah termasuk kebutuhan bama (bahan makanan) dan bahan bakar minyak untuk melaut selama empat hari,” kata dia.
Untuk lahan sawah yang ia garap saat ini bukan miliknya. Suryanto mengelola sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil.| Laporan Wawan Gunawan