Indikatorpapua.com|Manokwari-Elemen Masyarakat di Tanah Papua kembali geram dengan lontaran Rasisme yang di alami Natalius Pigai.
Inya Bay Raja Atiati di Jazira Onim Fak-fak, Papua Barat mengatakan bahwa Kata monyet menjadi sumber masalah yang sulit diurai. Kata monyet menimbulkan kemarahan yang tak terkendali.
“Kata monyet menjadi alasan untuk memisahkan diri. Gara-gara kata monyet keutuhan NKRI terancam karena kata monyet telah berkonotasi rasisme.” Kata Inya Bay Senin (25/1-2021)
Ia mengingatkan semua pihak bahwa Kapan kata monyet pertama kali disematkan sebagai rasisme. Muncul pertama kali pada beberapa tahun lalu, saat sebagian pihak tidak suka pada Natalius Pigai yang membela Gerakan 212.
“Karena pembelaan Pigai tersebut kosa kata monyet muncul sebagai olok-olok terhadap Pigai.” Kata Inya Bay
“Saat itu kami orang Papua tersinggung atas pelecehan, marah sekalipun Pigai memaafkannya.” Kenangnya. Padahal kata Inya saat itu
“Aparat hukum diam juga, Negara katanya berada di tengah-tengah masyarakat tapi kali ini kami masyarakat Papua tidak akan memaklumi, pelaku rasis.” Tegasnya
Inya mempertanyakan Apakah hal tersebut itu adil, Pigai dibiarkan menerima pelecehan rasis?
“Ya, yang menentukan keadilan adalah rezim. Bila rezim membiarkannya, artinya Tidak ada keadilan.” Tegasnya
Tahun lalu, kenang Inya Bay bahwa kata monyet kembali terlontar di Surabaya, dan efeknya sangat luar biasa, sehingga kota-Kota di Papua di bakar, membuat jutaan orang marah dan rela berbuat anarkis, Rezim bingung dan linglung, tidak tahu harus bersikap seperti apa saat itu.
Andaikan saat ini rezim tidak menindak pelaku tindak rasis terhadap Pigai, saya khawatirkan terjadi peristiwa rasis di Surabaya bisa saja terulang kembali dan akan terjadi. |Mohamad Raharusun